1 Litre Of Tears, Litre No Namida, Satu Liter Air Mata
Sebuah kisah nyata yang kemudian dipublikasikan menjadi
sebuah film. Dengan kisah yang mengharukan yang patut kita ambil manfaat dari
kisahnya. 1 litre of tears (1 liter air mata). Mengisahkan seorang gadis yang
baik hati lagi periang, di umurnya yang masih muda (15 tahun) harus memulai
hidupnya dengan sebuah ujian. Ia menderita penyakit saraf pada otak yang tidak
dapat disembuhkan/ belum ditemukan obatnya. Setiap waktu ia harus menjalaninya
dengan penuh perjuangan. Awalnya ia tidak terima dengan kenyataan yang ada,
pada akhirnya ia harus menerima kondisinya sepenuhnya. Berawal dari
gejala-gejala ringan. Mulai dari mudah jatuh ketika berjalan, kemudian disusul
dengan gejala-gejala lainnya seperti, kaki susah digerakkan, susah berbicara,
dan hanya berbaring dalam sebuah ruangan. Ia hanya bisa bertahan hidup hingga
umur 25 tahun. Didalam perjalanannya ia bersungguh-sungguh berjuang, melawan
sakit yang dialaminya, meskipun demikian, ia tetap terus optimis dan tidak
mudah menyerah, disisi lain keluarga dan teman-temannya tidak patah semangat
memberi dukungan sepenuhnya. Banyak manfaat yang dapat diambil dari kisah ini. Beberapa diantaranya:
Hidup adalah sekumpulan peristiwa yg tidak dapat dipinta
maupun direkayasa,.
Kita bisa saja memiliki rencana dan mimpi yang menjulang
tinggi, namun ketahuilah bahwa kita hanyalah makhluk-Nya yang memiliki rencana,
dan Allah lah yang Memberi dan menunjukkan kita jalan yang hendak kita tempuh.
Kita memiliki pensilnya, namun Allah memiliki penghapusnya. Ini semua bukan
karena Allah tidak adil, namun ketahuilah bahwasannya Allah lah sebaik-baik
Perencana dan sebaik-baik Pemberi. Kita mengira jalan yang kita tempuh adalah
jalan yang buruk padahal sebaliknya, justru Allah menyelamatkan kita dari jalan
yang salah, hanya saja terkadang kita harus melaluinya dengan jalan yang
berbeda-beda. Suatu saat kita akan tahu jawaban kenapa Allah dahulu tidak
mengizinkan kita melakukan hal itu. Dan jawabannya adalah sekarang atau nanti.
Trust It ..!!
Memberikan kita ujian bukan berarti Allah benci, namun itu
adalah sebuah fase dimana kita di uji, mampukah kita melewatinya?
Menyerah bukanlah solusi, sebab melarikan diri dari ujian
atau kenyataan, sama seperti halnya kita tidak mau melalui proses yang
diberikan oleh-Nya. Disisi lain mungkin kita merasa terselamatkan, namun
sejatinya kita justru terjerembab dalam lobang keterpurukan. Ketahuilah, bahwa
hidup itu tidak dapat kita lalui secara instan, kita perlu berusaha untuk
mencapai sebuah hasil maksimal (kesuksesan).
Optimis itu perlu, sebab ia adalah salah satu poin dari
sebuah keberhasilan. Allah telah menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa Ia akan
bersama prasangka hamba-hamba Nya. Ketika positiv thingking, maka hal itu akan
direspon oleh-Nya dengan baik. Kunci kesuksesan adalah yakin dan optimis dalam
melakukan sebuah pekerjaan, meski terkadang hasilnya tak melulu sesuai dengan
expetasi yang kita canangkan. Namun ketahuilah, bahwa hal itu adalah terbaik
untuk kita. Mungkin saja kita sedang diuji namun kita tidak menyadari,
barangkali kita sedang diberi pilihan dengan jalan yg lain, namun kita
terburu-buru memberikan menjudge yang tidak baik kepada-Nya. Padahal sejatinya
Allah sedang memberikan kita alternatif lain untuk mencapai jalan kesuksesan.
Sabar dan bersyukur atas pemberian-Nya. Sabar artinya kita
mampu bertahan dalam menghadapi jalan yang diberikan oleh-Nya. Sedangkan syukur
adalah menerima pemberian dari-Nya dengan segenap hati kita. Kita mampu
melakukannya, namun terkadang kita tidak mengerjakannya dangan sepenuhnya, wal
hasil prosesnya tidak semulus yang kita bayangkan. Ibarat kata kita diberi
sesuatu yang berharga oleh orang lain. Namun kita tidak tau terimakasih. Tidak
menjaga pemberiannya dan tidak pula menikmati pemberian darinya. Alih-alih
menjaganya, bilang terimakasih kepada si pemberi saja enggan. Bisa dibayangkan
kan apa jadinya?
Bisa disimpulkan bahwa kita adalah makhluk sosial, yang
harus siap menghadapi tantangan yang ada, bermasyarakat, saling membantu,
saling melengkapi, saling memberi, dsbnya. Kita tak dapat hidup sendiri, oleh sebab
itu kita adalah makhluk yang lemah dan butuh uluran tangan dari makhluk-Nya
maupun Dari-Nya. Selalu ada hukum timbal balik, kamu memberi niscaya suatu saat
akan diberi. Kita mengira saat itu tidak perlu, tapi apakah kita bisa
memastikan kehidupan kita kini dan nanti? Apakah akan terus menerus tercukupi?
Tentu tidak. Untuk itu, mari berfikir secara realistis dan bijak dalam
menyikapi suatu hal.
_Sho
Admin di IG @celotehancinta
0 komentar:
Posting Komentar